Nusa Tenggara Timur (NTT) selain dikenal dengan wisata alamnya juga memiliki keragaman wisata budaya. Salah satunya ditandai dengan cara berpakaian. Jika di masyarakat Jawa punya batik dan orang Minang punya kain songket, maka masyarakat NTT punya kain tenun yang melegenda.
Menenun merupakan kemampuan yang diajarkan secara turun menurun oleh masyarakat NTT. Tiap suku mempunyai keunikan masing-masing dalam hal corak dan motif. Begitupun dengan pewarnaan, warna putih menyimbolkan air dan merah adalah tanah. Selain itu terdpat simbol burung atau paukolo yang artinya simbol raja. Ditenun dengan motif garis-garis yang melambangkan hutan, sungai dan simbol permukiman yang melingkar di tengah.

Begitupun juga dengan fungsinya, kain tenun memiliki keistimewaannya tersendiri. Diantara fungsinya adalah sebagai mahar dalam perkawinan atau “belis” nikah. Selain itu juga berfungsi sebagai alat untuk membayar hukuman adat, alat barter, sebagai bentuk penghargaan bagi tamu yang datang berkunjung dan tentunya juga dipakai dalam tarian adat.
baca juga: Tak Hanya Nikmat, 6 Kuliner NTT Ini Wajib Kamu Coba
View this post on Instagram
Kain tenun NTT memiliki 3 jenis yaitu tenun Ikat, tenun Buna, dan tenun Lotis atau Sotis.
1. Tenun Ikat
Motif tenun ikat diciptakan dari pengikatan benang. Pada daerah lain yang diikat ialah benang pakan maka pada kain tenun di NTT dibuat dengan cara kain lungsi yang diikatkan. Tenun ikat Hampir tersebar di seluruh wilayah NTT kecuali Kab. Manggarai dan Kab. Ngada
2. Tenun Buna
Kain tenun ini dibuat dengan cara menggunakan benang yang sudah dicelupkan terlebih dahulu ke pewarna. Tenun Buna Tersebar di daratan Timor antara lain di Kab. Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara dan Belu. Namun paling banyak terpusat di wilayah Timor Tengah Utara.
3. Tenun Lotis atau Sotis
Proses pembuatan nya mirip dengan proses pembuatan tenun Buna. Kain tenun Lotis tersebar di semua wilayah Nusa Tenggara Timur, merupakan bentuk tenun yang paling umum di masyarakat NTT
Proses pembuatan kain tenun khas NTT membutuhkan proses yang sangat panjang. Masyarakat tidak menggunakan benang yang ada di pasaran melainkan benang dari kapas yang dipintal. Meskipun hasil dari pemintalannya tidak selalu sama, justru itulah yang menjadi keunikan tenun NTT karena tidak ada yang identik sama.
baca juga: Kampung Bena, Desa Wisata Tertua di Flores yang Jadi Primadona
View this post on Instagram
Selain pemintalan, proses pewarnaan juga menjadi rahasia mengapa kain tenun NTT begitu eksotis. Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan daun “Ru Dao” untuk mendapatkan warna nila dan akar pohon “Ka’bo” untuk mendapat warna merah, warna kuning didapat menggunakan kunyit dan daun “Menkude” atau akar mengkudu. Setelah warna meresap dan dibiarkan mengering baru diikat pada mesin tenun tradisional yang dalam bahasa setempat disebut “Lana Her’ru”. (Nttprov.go.id)
Seiring dengan perkembangan jaman dan modernisasi, kini semakin sedikit generasi muda yang mempelajari teknik menenun dari orang tua. Meskipun begitu, Seikawan tetap bisa ikut melestarikan kebudayaan NTT dan budaya Indonesia pada umumnya dengan ikut membeli produk lokal. Buat kamu yang penasaran dengan cita rasa se’i sapi khas NTT yang aromatik dan kaya akan rasa, cek link berikut Klik Disini
baca juga: Tak Hanya Nikmat, 6 Kuliner NTT Ini Wajib Kamu Coba
Pingback: Suka Nyeruput Kopi? Ini 4 Alasan Kopi Flores Jadi Primadona - SEILERA
Pingback: 5 Aktivitas yang Bikin Liburan Di Rumah Jadi Menyenangkan - SEILERA