Seikawan pasti sudah tahu kelezatan sambal khas Indonesia yang mampu menggoyang lidah. Kelezatan pedas yang menggoyang lidah ini telah menjadi bagian integral dari kuliner Indonesia, memberikan sentuhan nikmat pada berbagai hidangan tradisional. Mari kita eksplor asal usul sambal dan bagaimana ia telah menjadi bagian tak tergantikan dari kekayaan kuliner Nusantara.
Sambal, kondimen pedas yang menjadi pelengkap tak terpisahkan dari hidangan Indonesia, memiliki asal usul yang kaya dan menarik. Sambal adalah makanan penyedap ataupun kondimen khas Indonesia yang sudah dikonsumsi masyarakat Jawa Kuno sejak abad ke-10 Masehi.
Sebelum cabai yang dikenal saat ini masuk ke Nusantara, nenek moyang orang Jawa menggunakan cabai jawa atau cabai puyang (piper retrofractum), lada (piper nigrum), dan jahe (zingiber officinale) sebagai bahan membuat sambal.
baca juga: 5 sambal yang paling cocok menemani makan se’i, mana favoritmu?
Kata “sambal” itu sendiri berasal dari bahasa Jawa kuno yakni sambĕl yang memiliki arti “dihancurkan” atau “dilumatkan”, merujuk kepada proses pengolahan rempah ataupun cabai yang dilumatkan. Terminologi tersebut dapat ditelusuri dalam berbagai prasasti maupun manuskrip Jawa kuno yang ditemukan di seantero pulau Jawa, beberapa di antaranya adalah kidung Sri Tanjung (dari abad ke-12), manuskrip Serat Centini (dari abad ke-16), dan lain sebagainya.
Seiring masuknya bangsa Spanyol dan Portugis yang membawa cabai ke Nusantara abad ke-16, cabai jawa perlahan tergantikan dengan adanya cabai rawit yang tidak hanya menambah rasa hangat tetapi juga menambah sensasi rasa pedas.
Sambal sebagai hidangan yang tidak bisa terpisahkan dari masyarakat Indonesia, sudah mengalami perjalanan sejarah yang sangat panjang. Pada masa perkembangannya, hidangan ini tersebar ke berbagai wilayah di Nusantara dengan ciri khas dan kreativitasnya masing-masing di setiap daerah.
baca juga: Makan Makin Berselera Dengan 4 Sambal Botol Seilera Kemasan Baru!
Hidangan ini memiliki rasa pedas, dibuat dari cabai yang ditumbuk, dihaluskan, dan sebagainya, biasanya ditambahkan dengan bahan lain seperti bawang dan terasi, dan biasanya dimakan bersama nasi.
Tradisi-tradisi pembuatan penyedap makanan atau kondimen serupa dapat ditemui di daerah lain di Indonesia, contohnya seperti di pulau Sumatra terdapat balado yang merupakan penyedap khas etnis Minangkabau asal Sumatera Barat dan juga di pulau Sulawesi terdapat pula dabu-dabu dan rica-rica yang merupakan penyedap khas etnis Minahasa berasal dari Manado.
Beragam jenis sambal kini mudah ditemui di seluruh wilayah Indonesia. Demi menjaga warisan rasa otentik Indonesia, Seilera juga turut serta melestarikan berbagai sambal Nusantara seperti sambal lu’at, sambal kecombrang, sambal ro’a, sambal matah, sambal goang dan sambal lainnya. Cek selengkapnya Klik Disini
baca juga: Makan Makin Berselera Dengan 4 Sambal Botol Seilera Kemasan Baru!